Thursday 30 July 2009

Pasca 17.07.09 dan Indonesia Unite Movement



Sehari setelah ledakan bom terjadi, saya berpikir malang benar nasib Indonesia dikala baru saja menyelenggarakan PEMILU yang dinilai berhasil oleh dunia internasional tercoreng dengan aksi tak berperikemanusian tersebut.

Patah Hati, ya patah hati karena saya khawatir akan dampak pengeboman tersebut terhadap perekonomian Indonesia. Indonesia survive melewati krisis global September 2008 dan terus merangkak naik dibandingkan negara- negara di Asia Tenggara lainnya.

Dan fakta yang melegakan adalah bahwa:

•pada saat bom terjadi di BEJ bbrp tahun lalu , Perekonomian Indonesia membutuhkan waktu 5 bulan untuk Pulih
•pada saat bom terjadi di Bali, Perekonomian Indonesia membutuhkan waktu 3 bulan untuk Pulih
•dan saat bom terjadi pada tanggal 17 Juli 2009, Perekonomian Indonesia membutuhkan waktu 1 hari untuk Pulih

ya, hanya perlu 1 (satu) hari untuk Pulih. Ini membuktikan bahwa Indonesia cukup kuat menghadapi aksi teroris kali ini dan dampak dari tragedi kali ini adalah bahwa kami pada umumnya dan saya khususnya merasa sangat memiliki Indonesia.

Tragedi ini membuka mata bangsa Indonesia, bahwa bangsa ini bangsa yang KUAT dan HEBAT!!!!

Gerakan #IndonesiaUnite adalah bukti nyata bahwa KAMI BANGSA INDONESIA TIDAK TAKUT TERHADAP APAPUN!!!

Terbukti bahwa saya masih pergi ke Bandung pada tanggal 21 Juli 2009 pasca ledakan bom tanpa rasa takut kalau- kalau teror bom mengancam sejumlah hotel di kota- kota besar di Indonesia.

Dan penggalan lagu ini menyatakan bahwa saya mengasihi bangsa ini dengan sangat.
“Bagi bangsa ini kami berdiri
Dan membawa doa kami kepadaMU
Sesuatu yang besar pasti terjadi
Dan mengubahkan negeri kami
Hanya namaMU Tuhan ditinggikan atas seluruh bumi”

Doa Kami- by True Worshipper

Thursday 23 July 2009

DUKA 17.07.2009 dan 19.07.2009



waktu dengar berita ledakan bom di Marriot dan Carlton, saya masih ada di rumah dan sedang bersiap mau berangkat ke kantor. Berita masih simpang siur, entah karena ledakan apa.

Saya pun tetap melanjutkan aktivitas seperti biasa. Begitu sampai di kantor, hati ini mulai MARAH, ya saya marah dan mengutuki perbuatan biadab pelaku ledakan tersebut dan mulai mencaci lewat media yang ada seperti status ym, twitter dan facebook. Sekaligus mengucapkan belasungkawa yg terdalam bagi para keluarga korban yg meninggal dan berdoa semoga Yang Kuasa menolong serta menghibur keluarga yang ditinggalkan.

Hati ini sakit rasanya, ada puluhan korban yang berjatuhan bahkan meninggal. Belum lagi dampak yang ditimbulkan baik dari bidang ekonomi maupun dari bidang pariwisata.

Tapi entah kenapa setelah puas memaki, hati ini tidak merasa takut kalau- kalau terjadi peristiwa serupa dalam waktu dekat. Ditambah dengan isu- isu teror bom disejumlah pusat perbelanjaan maupun di beberapa daerah lainnya di Indonesia.

Rasanya saya sudah kebal dan mati rasa terhadap teror bom.

Dan pada sore hari, saya putuskan untuk tetap keluar rumah untuk menjenguk paman saya yang sedang terbaring di rumah sakit. Dan jalanan memang terasa lenggang sore itu, tapi Saya TIDAK TAKUT :)

Sesampainya saya di rumah sakit, diam- diam dalam hati saya berkata *he cannot make it* dan pada Sabtu malam, paman saya koma dan berpulang pada hari Minggu, 19 Juli 2009 pukul 09.45

Selamat jalan Suksu, May you Rest In Peace




*photo taken from photosearch.com*

Monday 13 July 2009

We as parents can make mistake too

Sebelum menulis blog ini, saya mau tanya kepada para orang tua muda dan berikut pertanyaannya: “Pernahkah Anda mendudukkan bayi atau anak Anda yang masih balita di pangkuan Anda pada saat Anda menyetir kendaraan?”

Saya dan suami pernah, bermula pada saat Darren sudah mulai bisa duduk.

Bila tiba di gerbang kompleks perumahan kami, pasti swami saya mendudukkan Darren di pangkuannya sembari menyetir mobil sampai ke rumah.

Di Indonesia memang tidak ada larangan yg strict mengenai bayi atau balita yang harus memakai car seat seperti di negara- negara maju di Eropa dan AS.

Dan karena kurangnya pengalaman kami sebagai pasangan muda maka terjadilah tantrum luar biasa dari Darren kemarin malam.

Berawal semenjak Jumat malam, swami saya menjemput saya dengan mengajak Darren dan duduk di pangkuannya while he’s driving. And D was doing great at that time.

My hubby think that is nice since D is attractive to car either it is a toy or a real car. It’s kinda a boy thing, D feel that it is cool to seat behind the steer. And he not only enjoyed it but he want some more.

Dan kemarin malam Darren kembali duduk “menyetir” bersama swami saya. Darren berpikir bahwa duduk bersama papa-nya pada saat papa-nya menyetir mobil adalah sah- sah saja padahal itu semua SALAH BESAR!!

Menyetir sambil memangku dapat menyebabkan kecelakaan lalin dan tentunya melanggar peraturan lalin yg ada.

Akhirnya dengan paksaan saya mengembalikan D ke kursi belakang dan seketika itu juga saya sadar bahwa saya dan swami membuat kesalahan dengan mengijinkan D duduk di pangkuan papa-nya.

A long the way home, he’s pissed off and it continous at home.

He insist to stay on the car but I forced him to go to his room. Instead of mad to him, I realized that I was guilty not Darren.

I asked D to stop crying and take deep breath and hold him.

I do make an apologize because I give him permission to sit on his dad while his dad was driving.

He cries louder than before when I asked him not to sit behind the steer anymore and it breaks my heart.

Terkadang kita tidak menyadari bahwa keputusan sepele sepertui hal diatas bisa berakibat fatal terhadap karakter anak- anak kita.

Apabila kami terus menerus membiarkan hal tersebut di atas maka dapat dipastikan D akan tumbuh menjadi pribadi yg tidak menghiraukan peraturan yang ada.

Tapi kami tidak mau D tumbuh menjadi orang yg seperti itu, kami ingin D tumbuh menjadi pribadi yang memiliki karakter yang benar dan memiliki integritas.

Children do not know about boundaries, we as parents creates it for them so they know which one is allowed and which one is not.