It is about life changing experience. Enjoy the blog, write your comment and hope that we all learn something about LIFE :)
Thursday, 22 April 2010
Mengapa harus investasi untuk Dana Pendidikan Anak ??
*untuk sementara foto diambil dr photosearch, nanti klo D udh sekolah pake foto D donk*
Bermula dari status saya di sebuah jaringan sosial, banyak pertanyaan yang muncul mengapa asuransi pendidikan tidak cocok untuk menyekolahkan anak sampai dengan Universitas.
Suami saya sendiri awalnya tidak yakin bahwa biaya pendidikan naik sebesar 20% tiap tahunnya. Biaya pendidikan terdiri dari Uang Pangkal (Registration Fee), Uang kegiatan selama 1(satu) tahun (Annual Development Fee), Uang Sekolah perbulan (Tuition Fee).
Awalnya kami mensurvei beberapa sekolah sekitar tempat tinggal kami sejak tahun lalu tapi baru beberapa hari lalu kami memantapkan hati untuk menyekolahkan Darren (2,5 yo) .
Dan benar, ternyata memang biaya pendidikan naik 20%. But we don’t afraid karena saya sendiri telah mengatur agar biaya tersebut dapat tersedia pada saat dibutuhkan dengan cara berinvestasi di reksadana.
Mengapa Reksadana ?
Karena reksadana salah satu investasi yang bisa memberikan return melebihi deposito, modalnya kecil bisa dimulai dengan Rp. 100.000,- per bulan.
Tentu saja semua ada resikonya, tapi tidak berinvestasi pun mengandung resiko.
Resiko-nya anak kita tidak bisa sekolah formal sampai jenjang yang tinggi.
Kasian ya, padahal si anak tidak minta untuk lahir dari rahim kita.
Seharusnya kita bertanggung jawab untuk kehidupan si anak sampai si anak mampu mandiri.
Nah klo sampai si anak tidak sekolah karena kurang biaya, alangkah tidak bertanggung jawabnya kita.
“Dahulu orang tua kita tidak perlu investasi untuk biaya sekolah tuh”
Ya benar, tidak ada yang salah dengan itu tapiiiii…. Dulu belum ada mal yang menyediakan gerai kopi- kopi centil, wine resto yang enak, sale up to 70%, gadget penunjang lifestyle, haus hiburan dan liburan.
Dulu orangtua kita mampu untuk berhemat demi kita, supaya kita bisa sekolah.
Sekarang, pola hidup konsumtif sadar tidak sadar membuat kita sulit untuk berhemat.
Nonton, jalan ke mal, main timezone jadi jadwal rutin di akhir pekan.
Dulu orangtua saya sering membawa saya ke Ancol itupun gratis karena saya berprestasi maka dari sekolah membebaskan saya masuk ke Ancol , bawa bekal dari rumah dan sama sekali tidak jajan es krim woody yg banyak dijajakan di Ancol. Dan masuk Ancol pun begitu murah, tidak seperti sekarang masuk Ancol dan Sea World melebihi Rp. 50.000,-/ orang.
Coba berapa banyak dari kita yang perlu sosialisasi ketemu teman baru ataupun lama sambil ngopi- ngopi ??? Ke salon untuk perawatan tubuh minimal sebulan sekali ? Nonton bioskop ?
Semua itu butuh uang bukan ?
Saya pun penikmat kopi dan buku.
Buat saya, kopi dan buku adalah kawan sejati saat “me time” tiba.
Makanya saya perlu mengatur keuangan saya dengan sebaik mungkin sehingga tujuan saya memberikan pendidikan anak yang terbaik tercapai tanpa mengurangi kesenangan saya.
Misal Uang Pangkal SMP tahun 2010 sebesar Rp. 15.000.000,- (ini sekolah negeri unggulan lho ya, bukan nasional plus ataupun internasional dan ini baru uang pangkaaaal!!!) maka nanti 10 tahun yg akan datang Uang Pangkal masuk SMP menjadi Rp. 90.000.000,- *catet belum uang sekolah perbulan yaaa…*
Masih yakin asuransi pendidikan bisa cover biaya kalo si anak mau masuk sekolah bertaraf internasional atau nasional plus ??? Coba deh liat polisnya, di umur sekian keluar sekian…
Thursday, 8 April 2010
HAPPY EASTER 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)