Ibu Siami bercerita pengalamannya beberapa tahun silam |
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Upaya Ibu Siami menghadap pihak sekolah justru mendapatkan tudingan mencemarkan nama baik sekolah dan kampung tempat tinggalnya. Bahkan keluarga Ibu Siami mengalami pengusiran dari rumahnya sendiri dan dipaksa untuk meminta maaf kepada masyarakat atas perbuatannya menegakkan kejujuran. Ironis bukan?
Perbuatan mencontek dan memberikan contekan merupakan perilaku koruptif yang merupakan awal gerbang tindakan korupsi.
Menurut Najelaa Shihab, Penggagas Pesta Pendidikan mengatakan bahwa, "Melihat apa yang dialami oleh Ibu Siami, korban bukan hanya anak dan orangtua. Jangan-jangan guru juga menjadi korban dari sistem pendidikan yang belum mengutamakan nilai kejujuran."
Najelaa Shihab berbagi cara menanamkan kejujuran pada anak |
Orangtua berperan untuk terlibat dalam menanamkan nilai kejujuran terhadap anak. Dan hanya anak-anak yang cerdaslah yang dapat membedakan perilaku koruptif dengan perilaku yang benar.
Apa sih definisi anak cerdas?
Anak cerdas merupakan anak yang kreatif, bukan sekadar patuh pada peraturan tetapi juga kritis.
Sebagai orangtua tentu saja kita ingin agar anak-anak menjadi cerdas, mandiri, bahagia dan berdaya hanya terkadang caranya salah termasuk mengizinkan perilaku koruptif. Kita terkadang berbohong karena cinta dengan anak kita. Padahal dengan berbohong kita sudah mengajarkan ketidakjujuran kepada anak kita.
Menurut data KPK, ada 75 orang pelaku korupsi dengan usia di bawah 40 tahun. Ada 5 kasus korupsi yang ditangani KPK, pelakunya ayah-anak/ibu-anak. 2 kasus korupsi pelakunya kakak beradik dan belasan kasus pelakunya pasutri. Ini membuktikan bahwa korupsi terjadi dari dalam keluarga. Mengejutkan bukan?
Bagaimana tindak pidana korupsi bisa terjadi? Karena orangtua belum melihat benang merah ketidakjujuran yang dilakukan oleh anak sebagai potensi tindakan koruptif di masa mendatang. Akibatnya orangtua menjadi permisif dengan isu korupsi padahal tidak ada pelaku korupsi yang tiba-tiba melakukan korupsi. Tindak pidana korupsi merupakan evolusi dari perilaku koruptif.
Lalu, bagaimana agar keluarga Indonesia bisa berdaya melawan korupsi?
Ada 5 cara untuk mencintai anak dengan lebih baik dan mengajarkan nilai kejujuran kepada anak:
Cari cara sepanjang masa
Ingat impian tinggi
Nerima tanpa drama
Tidak takut salah
Asyik main bersama
Pola asuh masa lalu sudah tidak dapat lagi diterapkan pada generasi anak-anak kita. Orangtua perlu belajar cara mencintai anak yang membuat anak cerdas dan berdaya. Pendidikan dan pengasuhan dalam keluarga harus memperhatikan dam pak di masa depan bukan hanya efek yang ditimbulkan saat ini. Pendidikan mengenai nilai kejujuran bukan hanya menjadi tanggung jawab keluarga inti namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat. Contohnya kasus yang dialami Ibu Siami. Atau bisa juga pola asuh dengan sogokan, misalnya akan mendapatkan es krim apabila mau makan sayur.
Cara orangtua mencintai anak dengan mengingat impian tinggi. Semua orangtua punya harapan tinggi berupa kecerdasan, kemandirian dan keberdayaan terhadap anak-anaknya. Saat timbul masalah, orangtua harus mengajak anak menemukan solusi yang membuat mereka berupaya menyelesaikan tanpa mengorbankan impian mereka.
Seringkali orangtua kelewat drama ketika menerima kenyataan terutama hal-hal yang kurang mengenakkan terjadi pada anak. Kita perlu menjadi orangtua yang bijak dan tetap tenang saat masalah timbul. Contohnya, ketika anak berbohong.
Berapa banyak dari kita yang mengalami pola pengasuhan lama yang seringkali menyatakan bahwa orangtua tidak pernah salah? Aku merasakan pola pengasuhan tersebut. Kita sebagai manusia pasti tidak luput dari kesalahan. Maka saat orangtua salah kepada anak, minta maaflah... Tidak perlu gengsi. Dari sana anak akan belajar bahwa dia tidak perlu takut berbuat salah. Namun justru anak dapat belajar dari kesalahan yang pernah diperbuat.
Cara terakhir, belajar sambil bermain. Penelitian membuktikan bahwa cara paling efektif anak belajar adalah ketika mereka bermain. Dan, siapakah di dalam keluarga yang menyenangkan untuk diajak bermain? Jawabannya adalah ayah. Melihat betapa pentingnya peran ayah dalam menanamkan nilai kejujuran kepada anak, yuk para ayah kita upayakan keluarga Indonesia berdaya melawan korupsi!