Thursday 29 July 2010

To Love your Child(ren)



Dahulu, saya masih ingat apabila saya melakukan kesalahan ataupun melanggar perintah orang tua saya ada hukuman fisik yang diberikan kepada saya.

Dengan berbekal masa lalu yang tidak menyenangkan seperti itu, saya berjanji untuk tidak melakukan hal yang sama terhadap anak saya.

Saya belajar untuk menahan diri, mengatur emosi agar tidak pernah melakukan kekerasan fisik sebagai bentuk hukuman terhadap anak saya.

Pagi ini, semua begitu menyenangkan sampai tiba saat Darren bermain dengan termometer.

Darren tahu dengan persis dimana saya menyimpan termometer dan sudah berulang kali saya dan suami memperingatkan Darren untuk tidak bermain dengan termometer.

Tapi, tadi pagi terjadilah insiden termometer pecah dan beling dimana- mana.

Aaaargh!! kenapa harus di pagi begini ??? Saya harus mengejar ke bank, ke kantor...

Akhirnya, saya memilih untuk tidak memukul Darren karena ulahnya.

Saya memilih untuk menghukum Darren dengan membatalkan niat saya mengajak Darren jalan ke Mother and Baby Fair 2010 sesudah dia selesai sekolah hari Sabtu nanti.

Ya, rasanya itulah hukuman yang tepat. Di rumah saja sepanjang akhir pekan.

Tentu saja saya marah, tapi saya juga menyadari bahwa keingintahuan Darren yang tinggi di usianya sekarang adalah hal yang wajar.

Dan sebagai orang tua, kita harus terus mengawasi kegiatan anak kita.

Sampai akhirnya saya tidak tahan melihat wajahnya yang polos sembari meminta maaf kepada saya.

"Ma... maaf Maaa..."

Thursday 22 July 2010

Selamat Hari Anak Nasional



Tulisan ini saya dedikasikan untuk anak- anak Indonesia.

Dulu saya selalu menyangka bahwa Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 22 Juli namun yang benar adalah Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli dan untuk memperingati Hari Anak Nasional maka tulisan ini dibuat.

Beberapa hari lalu saya membaca notes dari Kafi Kurnia mengenai seorang anak yang bunuh diri karena orangtuanya tidak mampu menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi. Namanya Muhammad Basir, 11 tahun.

Saya menangis setelah membaca catatan tersebut.

Menangis, karena satu lagi penerus bangsa mati konyol padahal anak-anak merupakan modal pembangunan dan awal kunci kemajuan bangsa di masa depan.

Mengenai kejadian ini, tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah.

Jelas bahwa bunuh diri tidak dapat dibenarkan oleh apapun dan siapapun.

Lalu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas nasib para penerus bangsa ini ?

Pemerintah kita telah mengeluarkan UU Perlindungan Anak namun memang pada kenyataannya UU tidaklah cukup.

Banyak hak dari anak yang justru dirampas oleh orangtuanya sendiri. Dan masih banyak lagi masalah yang menimpa anak- anak bangsa.. you name it, child trafficking , kekerasan seksual dan masih banyak lagi.

Kembali ke kisah tragis Basir, in my opinion, pemerintah harus menciptakan sistem sekolah yang benar- benar gratis tanpa pungutan biaya sepeser pun.

Itu artinya APBN untuk Pendidikan persentasenya harus ditingkatkan sehingga masyarakat yang tidak mampu dapat terus mengenyam pendidikan.

Minimnya pendidikan menyebabkan minimnya pengetahuan dan keterampilan.

Minimnya pengetahuan dan keterampilan mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran dan memicu terjadinya kriminalitas.

Saya setuju bahwa segala hal yang bersangkutan dengan anak merupakan kewajiban orang tua. Orang tua berkewajiban untuk mendidik dan memelihara anak dengan kasih.

Kesulitan ekonomi seringkali dijadikan alasan banyak orang untuk menghentikan anaknya dari bangku sekolah. Padahal, si bapak tidak berusaha untuk berhenti merokok demi anaknya bisa sekolah. Si bapak tidak juga berhenti berjudi demi anaknya bisa sekolah.

In my humble opinion, kita juga harus ikut bertanggung jawab.

Terkadang tanpa kita sadari, kita hidup dalam lingkungan yang sangat nyaman. Kenyamanan itu berhasil mengekang kita sehingga kita tidak lagi peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Sering kali kita mengeluh, padahal kita masih bisa makan 3 kali sehari dengan layak bahkan lebih, kita masih bisa sekolah dan yang terutama kita masih lebih beruntung dari kebanyakan orang yang tinggal di jalanan.

Tapi kita yang mampu secara finansial, kira- kira apa yang sudah kita lakukan bagi masyarakat kita ?

Bukan jamannya lagi melempar masalah kepada pemerintahan kita walaupun nampaknya orang nomor satu di negeri kita ini sangat lamban menanggapi masalah yang ada.

Mari kita bertindak!! mulai dari hal terkecil.

Helping Hands Project mengajarkan saya bahwa kita bisa memulai dari sesuatu yang kecil namun bermakna. Mulai dari membantu sarana dan prasarana sebuah SDN di Bandung, sebuah panti asuhan di Jakarta dan fund raising untuk anak- anak penderita kanker di bawah naungan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia.

Diluar sana masih banyak organisasi yang perlu bantuan kita. Ayo ikut berperan agar anak- anak Indonesia mampu meraih mimpi mereka.

Selamat Hari Anak Nasional!!

*picture courtesy to Helping Hands Project*

Persiapan Resepsi Pernikahan bagi Lajang



Mata saya selalu berbinar apabila bicara soal pernikahan.

Saya bahagia bila ada orang- orang terdekat saya yang memutuskan untuk menikah.

Karena itu artinya mereka memutuskan untuk masuk ke dalam tahap kehidupan selanjutnya, mengambil tanggung jawab serta komitmen sampai mati. Memutuskan untuk menambah jumlah keluarga besar serta persoalannya.

Setiap orang memiliki impian tersendiri dalam pernikahannya (lebih tepatnya resepsi pernikahan)

Saya pun demikian, impian resepsi pernikahan saya adalah pesta kebun.

Tapi untuk mewujudkan resepsi tersebut tentunya butuh biaya yang tidak sedikit padahal waktu itu saya maupun pasangan saya hanya memiliki tabungan yang tidak besar jumlahnya.

Sedangkan pasangan saya, tidak ingin ada resepsi pernikahan.

Alasan yang diutarakan pasangan kepada saya sangat logis dan tercapai kesepakatan bahwa kami tidak akan melangsungkan resepsi pernikahan.

Namun karena saya dilahirkan dalam lingkungan keluarga keturunan Tionghoa yang masih memiliki paradigma bahwa resepsi pernikahan itu penting, kami harus mengalah mengikuti keinginan terbesar dari mami saya.

Akhirnya kami memutar otak, mencari vendor yang masuk ke dalam budget resepsi pernikahan kami.

Kami mengurus sendiri kebutuhan pernikahan kami dari A sampai Z.

Tentu saja hal tersebut menguras tenaga, waktu dan emosi tapi kami cukup puas dengan hasilnya.

Berikut persiapan bagi pasangan yg ingin mengadakan resepsi pernikahan :

Kesehatan Fisik dan Mental
Tentunya, agar resepsi pernikahan dapat berjalan dengan baik diperlukan kesehatan fisik dan mental yang optimal. Ada lho, pasangan pengantin yang saat resepsinya digelar malah dirawat di rumah sakit. Di pelaminan hanya tersisa orang tua kedua belah pihak and it did happened to my cousin.

Tema Resepsi
Dengan adanya tema akan lebih mudah untuk menentukan lokasi resepsi. Misal, tema pesta kebun tentunya harus mencari tempat resepsi yang mendukung untuk tema pesta tersebut. Dari tema pun kita dapat memutuskan kapan resepsi diadakan, bentuk acara, undangan dan hal lainnya.

Budget
Pastikan untuk stick to the budget agar biaya resepsi tidak membengkak. Bicara soal budget, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan keluarga apabila kondisi keuangan pas- pasan. Be realistic, apabila tidak sanggup maka katakan tidak sanggup. Karena bukan resepsi yang terpenting tapi kehidupan setelah menikah. Seperti yang diutarakan Ligwina Hananto, “ Wedding is for one day but Marriage is for lifetime”. Jadi buat apa resepsi yang hanya 1(satu) hari sampai berhutang bertahun- tahun ??? Ingat juga bahwa hutang tersebut juga akan menjadi masalah dalam keluarga di masa depan.


Persyaratan Administrasi

Surat- surat penting agar pernikahan sah di mata hukum. Persyaratan Administrasi pun untuk masing- masing agama berbeda- beda. Segera cari tahu karena urusan surat- surat ini juga menyita waktu.

Panitia
Bila budget berlebih ada baiknya menyewa wedding organizer professional untuk membantu karena kebanyakan pasangan calon pengantin memiliki waktu yang terbatas untuk mengurus keperluan resepsi tapi bila budget terbatas, ajak saja sahabat , teman dan kerabat untuk membantu mempersiapkan resepsi pernikahan. Saya pun meminta bantuan dari keluarga besar. Paket acara termasuk baby grand piano sewaan pun saya dapatkan dengan harga yang sangat murah. MC saat resepsi tidak dibayar alias gratis karena beliau keponakan mama mertua. Jadi, gunakan saja sumber daya yang ada.

Selamat merencanakan resepsi pernikahan

Tuesday 20 July 2010

I need it badly



Heavenly Dad,

I need to be hug badly...

I know that I need to struggle but I just need to be hug by you...

By the face of people that I saw every day because I know that you are there.

Worry and fear haunted me these days...

I just want you to hug me while I'm crying...

Please hug me tight Dad...

Monday 19 July 2010

I wish I could be there



Today is his first day of school...

Time flies so fast...

This little baby boy will entering school life per today

I still cannot believe that this is the day...

Since a week ago, I'm kinda nervous and sad. Sad because I cannot be there, entering the school gate with him... kiss him and say," be good, listen to your teacher and have a great time in the class"

Son, mama promise that next time I'll be there for you :)

*kangen kronis hampir gila sama anakku*

Thursday 15 July 2010

Listen...

God,

I'm whispering...

I Lay down every thing...

According to Thy will...

*crossing finger*

Libur Telah Usai, Apakabar Uang Sekolah ?




Liburan sekolah anak telah usai, sebagian besar bahkan sudah kembali ke sekolah.

Ada yang naik ke jenjang yang lebih tinggi, ada yang terpaksa tinggal kelas karena nilai ujian tidak memenuhi kriteria lulus dan ada juga yang amat terpaksa putus sekolah karena kekurangan biaya.

Ada yang lebih lucu lagi, kembali seusai liburan sekolah anak namun tidak mampu membayar biaya sekolah anak.

Disadari atau tidak, hal tersebut terjadi di sekeliling kita.

Kenapa semua itu terjadi ?

Jawabannya sangat sederhana, tidak adanya perencanaan keuangan.

Kita sering kali mengabaikan dan meremehkan pentingnya Perencanaan Keuangan.

Padahal hanya dengan menyisihkan sebagian penghasilan kita per bulan untuk Tujuan Keuangan seperti Uang Sekolah anak maka kita tidak perlu pusing bahkan meminjam uang untuk biaya sekolah anak.

Pengeluaran sekolah anak sebenarnya setiap tahunnya sudah jelas.

Untuk yang baru menyekolahkan anak, ada beberapa elemen biaya yang sudah pasti seperti : Uang Pangkal, Uang Daftar Ulang (biasanya untuk sekolah Nasional Plus) dan Uang SPP/ bulan.

Sedangkan untuk Dana Pendidikan Anak yang sudah di jenjang yang lebih tinggi ada beberapa elemen biaya seperti : Uang Daftar Ulang (biasanya untuk sekolah Nasional Plus), Uang SPP/ bln, Uang pembelian buku dan seragam, Uang kegiatan Ekstrakurikuler.

Sebagai contoh: Andy baru saja mendaftarkan anaknya yang pertama akan masuk ke pre school.

Elemen Biaya Per Bulan Setahun Investasi Bulanan
SPP Rp. 750.000,- Rp.9.000.000,- Rp. 750.000,-
Uang Daftar Ulang Setiap tahunnya naik sebesar 20%, tahun ini Rp.2.200.000,- tahun depan akan menjadi Rp.2.420.000,- sehingga investasi bulanan menjadi Rp. 202.000,-

Nah berarti dapat di hitung bahwa Investasi per bulan yang dapat Andy lakukan adalah sebesar Rp.952.000,- setiap bulannya apabila hanya menabung di tabungan regular.

Apabila Dana ini masuk ke Investasi dengan resiko rendah yaitu Reksadana Pasar Uang dengan asumsi return sebesar 7% per tahun maka Investasi perbulan yang dapat dilakukan sebesar Rp. 921.519,- / bulan.

Kelihatan kan apabila kita menabung di tabungan biasa dengan menabung dibandingkan dengan menggunakan produk investasi, Uang yang harus kita keluarkan lebih sedikit dibanding tanpa menggunakan produk investasi.

Sehingga uang yang tersisa dapat digunakan untuk hal lain.

Kepengen kan punya rumah atau mobil lagi ?? *wink*

That is the power of Financial Planning.

Monday 12 July 2010

Uang Harus Punya Tujuan



“Hemat Pangkal Kaya” pepatah atau semboyan yang sudah sering kita dengar sejak masa kecil sampai sekarang.

Tidak ada yang salah dengan semua itu dan nampaknya masih relevan untuk masa kini.

Hemat tidak sama dengan Pelit.

Hemat adalah memperhitungkan uang masuk dan uang keluar dengan tujuan sehingga apabila diperlukan dapat membelanjakan harta itu menurut yang sepatutnya.

Pelit adalah mengumpulkan harta dengan tujuan semata-mata hanya menumpuknya.

Setelah 1(satu) tahun terakhir saya mendisiplinkan diri mencatat semua pengeluaran keluarga kecil saya, saya menemukan di bulan – bulan awal, pengeluaran rutin saya melebihi 50% dari penghasilan saya dan suami.

Awalnya, saat baru menikah hal tersebut diatas bukan masalah karena saat itu kami masih punya Double Income, hidup hanya berdua saja.

Setiap weekend tiba, kami bisa pulang dengan menenteng tas belanjaan, gadget terbaru dan jangan lupa suami saya hobi jalan- jalan. Ke Bogor pun hanya untuk jajan makanan.

Tapi setelah memiliki anak dan tahun ini Darren harus mulai sekolah, kami harus merubah gaya hidup kami.

Saya rela melepaskan hobi saya ke spa, nongkrong di kedai kopi hanya untuk menambah porsi investasi lebih besar. Dan selama 2(dua) bulan terakhir, porsi investasi kami mencapai 30% dari pendapatan kami and will continue larger than now.

Saya berusaha hidup sesuai dengan kemampuan saya. Menyadari bahwa Dana Pendidikan Darren lebih penting daripada apapun.

He’s our responsibilities.

Dana Darurat kami sudah aman.

Kami perlu mengejar Dana Pendidikan, Dana Pensiun, Dana Kesehatan Pensiun dan Dana Punya Anak lagi ;p

Dana Kepemilikan Rumah/ Apartemen sebagai asset aktif, Ganti mobil baru, Dana Liburan dan masih banyak lagi.

Saya percaya setiap anak ada rejeki-nya masing- masing hanya saja saya sebagai seorang ibu harus tahu diri. Bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga yang terpenting.

We will use our money for vacation soon. Tickets already on hand, we’re counting days now :)