Wednesday 12 June 2013

Belajar lepas emosi agar bebas bully

Artikel ini pernah ditayangkan di sini


Minggu, 10 Maret 2013 yang lalu, saya hadir pada seminar seru yang diselenggarakan oleh ParenThink dan The Urban Mama. Acara itu bertema “Belajar lepas emosi agar bebas bully” di ruang teater Pinisi Edutainment Park, Pasaraya Gedung B lantai 9, Blok M, Jakarta. 

Komnas Perlindungan Anak mencatat ada 139 kasus bullying di lingkungan sekolah selama tahun 2011. Sementara kekerasan fisik yang terjadi di lingkungan rumah tangga tahun 2012 tercatat sebanyak 819 kasus dan kekerasan psikis sebanyak 743 kasus.

Dengan dimoderatori oleh mama cantik Mona Ratuliu serta Toge Aprilianto,M Psi selaku narasumber, banyak hal yang saya peroleh dari seminar ini.

Bullying merupakan tindak kekerasan yang dilakukan untuk menguasai atau mengendalikan orang lain agar tunduk kepada keinginan pelaku, dapat dilakukan secara verbal, mental maupun fisik


Beberapa poin penting yang saya dapatkan:
  • Perilaku bully menunjukkan si pelaku belum sanggup menghadapi rasa kecewa, sehingga perasaan terancam secara naluriah membuatnya jadi agresif
  • Bullying perlu dipahami sebagai hasil belajar karena tidak ada manusia yang secara alamiah bersifat invasif
  • Pelaku bully bukan ancaman karena biasanya mereka juga adalah korban kekerasan
  • Bullying dapat diperbaiki melalui aktivitas belajar kecewa karena itulah sumber masalah dalam bullying
  • Bullying dapat dihentikan bila pelaku sadar bahwa perilaku itu merugikan dan gagal mencapai apa yang diharapkan lewat bullying

Seminar ini mampu membuat saya berkaca kepada diri sendiri bahwa selama ini terkadang saya “menjajah” anak saya sendiri dengan keharusan dan larangan untuk belajar banyak hal.

Terima kasih @ParenThink dan The Urban Mama atas seminar yang bermanfaat.