Tuesday 14 August 2012

Tell Me the Truth!

pic from getty images

Judulnya provocative ya!

Gw nulis ini karena beberapa waktu lalu, gw pernah nyautin seorang ibu muda di twitter yang kebingungan anaknya sering bohong.

Kalau gw sejak awal udah menerapkan kepada Darren untuk terbuka sama gw dan swami.

Seberapa parah pun kesalahan yang Darren buat, gw appreciate untuk keberanian dia ngomong jujur.

Pernah sekali waktu, Darren bikin kesalahan yg mengakibatkan rusaknya home appliances. Kalau yang kayak gini, swami gw yang bakalan sebel sama Darren karena ga bisa jaga peralatan rumah dengan baik. 

Awalnya gw masih menganggap Darren anak kecil yang wajar- wajar aja kalau mau tau peralatan rumah dan kadang tanpa sengaja merusaknya. Tapi kok kayanya gw bisa melakukan sesuatu untuk ngajarin Darren pelihara barang- barang di rumah sedari kecil. Dia harus ngerti bahwa peralatan rumah itu di beli dengan uang yang artinya orangtuanya susah payah pergi pagi pulang sore untuk semua yang ada di dalam rumah.

Saat Darren lakukan kesalahan itu, gw cuma tanya,"Darren rusakin ini?"

Awalnya dia ga mau ngaku sambil ngeloyor pergi.

Gw panggil dan gandeng dia, terus gw berlutut terus gw tanya lagi,
Me: "Darren, kamu rusakin ini? Kalau kamu bohong, mama bisa marah"
Darren: "Iya ma, Darren yang rusakin"
Me: "okay, kalau begitu kamu bilang sama papa kalau kamu yang udah rusakin alat itu. Mama hargai kamu udah mau jujur sama mama tapi kelakuan kamu ada konsekuensinya. No TV for today"

Kira- kira begitulah cara gw menerapkan kejujuran kepada Darren.

Reaksi umum yang pertama kali datang saat anak lakukan kesalahan adalah marah sehingga dia takut untuk berkata jujur. Padahal yang perlu dilakukan adalah cari tau apa masalahnya, perbaiki dan konsekuensi.

Gw percaya bahwa anak mengerti apa yang orangtua-nya bicarakan dan gw selalu bicara apa adanya dengan Darren, ga pake perumpamaan :)

Semoga dengan metode ini, Darren akan jadi manusia jujur yang saat ini sudah semakin langka :)

A learning mom,
Hon Nie