Thursday 22 July 2010

Selamat Hari Anak Nasional



Tulisan ini saya dedikasikan untuk anak- anak Indonesia.

Dulu saya selalu menyangka bahwa Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 22 Juli namun yang benar adalah Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli dan untuk memperingati Hari Anak Nasional maka tulisan ini dibuat.

Beberapa hari lalu saya membaca notes dari Kafi Kurnia mengenai seorang anak yang bunuh diri karena orangtuanya tidak mampu menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi. Namanya Muhammad Basir, 11 tahun.

Saya menangis setelah membaca catatan tersebut.

Menangis, karena satu lagi penerus bangsa mati konyol padahal anak-anak merupakan modal pembangunan dan awal kunci kemajuan bangsa di masa depan.

Mengenai kejadian ini, tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah.

Jelas bahwa bunuh diri tidak dapat dibenarkan oleh apapun dan siapapun.

Lalu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas nasib para penerus bangsa ini ?

Pemerintah kita telah mengeluarkan UU Perlindungan Anak namun memang pada kenyataannya UU tidaklah cukup.

Banyak hak dari anak yang justru dirampas oleh orangtuanya sendiri. Dan masih banyak lagi masalah yang menimpa anak- anak bangsa.. you name it, child trafficking , kekerasan seksual dan masih banyak lagi.

Kembali ke kisah tragis Basir, in my opinion, pemerintah harus menciptakan sistem sekolah yang benar- benar gratis tanpa pungutan biaya sepeser pun.

Itu artinya APBN untuk Pendidikan persentasenya harus ditingkatkan sehingga masyarakat yang tidak mampu dapat terus mengenyam pendidikan.

Minimnya pendidikan menyebabkan minimnya pengetahuan dan keterampilan.

Minimnya pengetahuan dan keterampilan mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran dan memicu terjadinya kriminalitas.

Saya setuju bahwa segala hal yang bersangkutan dengan anak merupakan kewajiban orang tua. Orang tua berkewajiban untuk mendidik dan memelihara anak dengan kasih.

Kesulitan ekonomi seringkali dijadikan alasan banyak orang untuk menghentikan anaknya dari bangku sekolah. Padahal, si bapak tidak berusaha untuk berhenti merokok demi anaknya bisa sekolah. Si bapak tidak juga berhenti berjudi demi anaknya bisa sekolah.

In my humble opinion, kita juga harus ikut bertanggung jawab.

Terkadang tanpa kita sadari, kita hidup dalam lingkungan yang sangat nyaman. Kenyamanan itu berhasil mengekang kita sehingga kita tidak lagi peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Sering kali kita mengeluh, padahal kita masih bisa makan 3 kali sehari dengan layak bahkan lebih, kita masih bisa sekolah dan yang terutama kita masih lebih beruntung dari kebanyakan orang yang tinggal di jalanan.

Tapi kita yang mampu secara finansial, kira- kira apa yang sudah kita lakukan bagi masyarakat kita ?

Bukan jamannya lagi melempar masalah kepada pemerintahan kita walaupun nampaknya orang nomor satu di negeri kita ini sangat lamban menanggapi masalah yang ada.

Mari kita bertindak!! mulai dari hal terkecil.

Helping Hands Project mengajarkan saya bahwa kita bisa memulai dari sesuatu yang kecil namun bermakna. Mulai dari membantu sarana dan prasarana sebuah SDN di Bandung, sebuah panti asuhan di Jakarta dan fund raising untuk anak- anak penderita kanker di bawah naungan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia.

Diluar sana masih banyak organisasi yang perlu bantuan kita. Ayo ikut berperan agar anak- anak Indonesia mampu meraih mimpi mereka.

Selamat Hari Anak Nasional!!

*picture courtesy to Helping Hands Project*

No comments: