Friday, 15 April 2011

Tough Question from 3,5yro

Semalam, Darren (3,5th) menanyakan sebuah hal kritis kepada saya.

Lebih kurang percakapannya seperti dibawah ini :

D : Ma, shalawat itu apa sih ?

Me: Shalawat itu salah satu cara umat muslim beribadah

D : Kalau Darren jadi muslim boleh tidak ?

Me : kamu bisa pilih kamu mau agama apa kalau sudah dewasa nanti

D : kalau sekarang ?

Me : kalau sekarang, nanti yg ajarin agamanya siapa ? Kan papa mama Kristiani . Kalau masih anak- anak harus ikut papa mamanya.

***end of conversation

Buat saya, percakapan diatas merupakan pertanyaan tersulit yang pernah ditanyakan Darren.

Darren sudah mulai bertanya tentang seks kepada saya, dan saya dengan mudah menjelaskan kenapa pria punya penis dan wanita punya vagina; kenapa wanita punya payudara yg besar sedangkan pria tidak dll.

Tapi isu mengenai pandangan hidup , agama atau apapun sebutannya sangatlah sensitif.

Manusia diberi kebebasan untuk memeluk agama dan meyakini kebenaran ajaran agama tersebut.

Begitu juga saya, memilih untuk mengajarkan Darren bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih agama yg diyakininya saat dia dewasa nanti.

Agama hanyalah agama , yang dibentuk oleh sekelompok orang , diatur oleh sebuah wadah organisasi.

Yang paling penting adalah aplikasi ajaran tentang kasih dalam kehidupan sehari- hari.

Saat saya menuliskan perihal ini di sosial media, ada banyak komentar yang muncul termasuk komentar yang bunyinya seperti ini “Tp jk itu anak kt mustinya kt memberikan ketegasan ttg apa yg orgtuanya pegang!!

Darren tidak pernah minta dilahirkan dari rahim saya sebagai seorang keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia yang kebetulan orangtuanya memeluk agama Kristen.

Yang bisa saya lakukan adalah memberikan teladan dan contoh mengenai pandangan hidup seorang pengikut Kristus.

Memori saya melayang ke masa kecil saya.

Saya lahir di keluarga keturunan Tionghoa yg memeluk Dinamisme, Animisme.

Orangtua saya membebaskan anak- anaknya untuk memilih agama apapun dan hasinya, kami bisa tumbuh dengan toleransi yang baik kepada orang lain yang berbeda dari kami.

Coba deh baca bukunya Mitch Albom yang judulnya “Have a little faith”

Buku tersebut merupakan kisah nyata dari seorang Rabi dan seorang Pendeta.

Di buku tersebut, saya hormat dan kagum kepada seorang Rabi Yahudi yang menolong gereja Katolik dan Rabi itu berkata,” Tuhan itu suka akan perbedaan jadi mengapa kita harus meributkan hal itu ?”

Saya mau numpang tanya sebentar, tahu Mother Teresa yang sudah meninggal ?

Kira- kira beliau masuk surga atau neraka ?

Beliau seorang Katolik, menyembah patung Bunda Maria.

Tapi dampak dari aplikasi kasih dalam hidup beliau sehari- hari amatlah nyata.

Menurut ajaran agama Kristen, kalau menyembah patung berarti menyembah berhala dan itu dosa, bisa masuk neraka.

Banyak juga orang yang mengaku Kristen tapi kelakuannya tidak mencerminkan kasih sama sekali.

Contoh nyata adalah kejadian pada salah seorang sahabat saya menjelang hari pernikahannya, pihak gereja tempat kami menumpang membatalkan secara sepihak penggunaan gedung gereja padahal undangan sudah dicetak dan diedarkan!

Jadi, pilihan ada di tangan kita sendiri untuk meyakini sesuatu apapun itu dengan amat sadar.

Blindfull faith just gonna failed you J

Sunday, 10 April 2011

testing from android platform

My birthday present from my husband is a new handset with android platform.
Aaah, what a convenience for me :)
Published with Blogger-droid v1.6.8

Monday, 4 April 2011

Mau atau Tidak


Sedari kecil, saya selalu menginginkan menjadi seorang dokter. Bagi saya seorang dokter itu adalah pribadi yang cerdas, sehat, suka menolong dan bersih.

Masa- masa sekolah saya lalui dengan belajar secara akademis dan menjadi yang terbaik di setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Keinginan menggebu untuk menjadi dokter saat itu, namun harapan saya pupus tatkala tidak lolos UMPTN dan terbentur biaya untuk melanjutkan kuliah kedokteran di universitas swasta .

Ketidakberhasilan diatas sempat membuat saya diam di tempat. Saya tidak punya rencana cadangan akan ke universitas mana, mengambil jurusan apa bila saya gagal UMPTN.

Ada beberapa pilihan yang bisa saya jalani misalnya kuliah jurusan ilmu sosial dan politik atau public relation sesuai minat saya. Namun karena kurangnya informasi, maka kebanyakan universitas yang ada sudah menutup pendaftaran.

Sampai yang tersisa hanyalah sebuah universitas di bilangan Jakarta Barat yang masih membuka pendaftaran.

Akhirnya dengan sangat terpaksa, saya mendaftar ke universitas tersebut. Banyak keputusan yang saya ambil secara terburu- buru. Saat itu saya tidak memikirkan tentang jarak antara rumah dengan kampus karena saya pikir sepanjang masih mampu dijangkau dengan menggunakan transportasi publik maka seharusnya itu tidak menjadi halangan untuk saya memulai kehidupan kampus saya.

Namun ada satu keputusan yang saya buat dengan amat sadar yaitu keputusan untuk mengambil Fakultas Manajemen ketimbang Fakultas Akutansi.

Banyak orang yang menyayangkan mengapa saya mengambil Fakultas Manajemen yang kebanyakan mahasiswa Fakultas Manajemen saat selesai kuliah nanti dan bekerja berakhir dengan menjadi tenaga penjualan.

Saya hanya tersenyum dan berkata pada diri saya sendiri bahwa saya akan membuktikan bahwa tidak semua mahasiswa yang mengambil Fakultas Akutansi bisa membuat jurnal dan laporan keuangan dengan benar serta tidak semua mahasiswa Fakultas Manajemen tidak mengerti Akutansi.

Dan inilah saya sekarang, dahulu seorang mahasiswa Fakultas Manajemen jurusan Manajemen Keuangan yang kerjanya sekarang lebih banyak berhubungan dengan Akuntansi.

Dan inilah saya sekarang , yang telah mematahkan anggapan keliru bahwa mahasiswa yang kuliah di Fakultas Manajemen hanya akan menjadi tenaga penjualan.

Saya hanya seorang yang percaya bahwa kalau kita mau belajar, tidak ada apapun yang terlalu sulit.

Saya yang percaya bahwa semua orang dikaruniai akal oleh Yang Maha Sempurna hanya persoalannya, mau belajar dan berusaha lebih keras dari kebanyaka orang atau hanya pasif menerima keadaan.

*gambar diambil dari gettyimages yang mewakili cita- cita masa kecil saya dengan pekerjaan saya sekarang :)