Tuesday, 15 November 2016

Cerita Payung


Hello!

Pernah denger 'November Rain' kan? 

Emang deh cuaca akhir akhir ini bikin mager! Minggu lalu aja, sepanjang hari Sabtu-Minggu diguyur hujan lebat dan yang menyedihkan di daerah Bandung kena banjir, tanah longsor dan pohon tumbang.

Semoga kondisi Bandung bisa semakin membaik tapi kayaknya akhir Desember gak akan ke Bandung dulu deh buat staycation padahal aku udah haus liburan HAHAHAHA.

Jadi gini, kemarin Jakarta diguyur hujan lebat dan  semalam seperti biasanya aku pulang menggunakan angkutan umum, bus TransJakarta padahal sudah diminta suami untuk menggunakan transportasi berbasis aplikasi tapi karena jam sibuk dan hujan biasanya bakalan lama deh dapetnya....kan aku pengen cepet sampe rumah biar bisa main sama Xiao Dre. Waktu tempuh dengan Bus TransJakarta kurang lebih satu jam, jadi aku udah bisa prediksi jam berapa akan sampai. 

Cerita payung dimulai saat bus berhenti di halte Sarinah, 

Seorang ibu masuk dengan seorang gadis remaja dan petugas meminta kesediaan penumpang untuk memberikan bangku prioritas. Ternyata ibu itu membawa seorang bayi yang sedang tertidur di pelukannya. Ibu tadi terpaksa hujan hujanan dan baju si bayi basah, aku jadi gelisah. Biasa deh kalau udah urusannya sama bayi tiba tiba hati ini jadi mellow. Masih inget kan  tentang cerita botol ASIP?

Begitu ngeliat si ibu dan anak remajanya yang nyaris ga bawa apa-apa, aku jatuh kasian... satu-satunya yang bisa aku bagi cuma payung lipat yang setiap hari aku bawa. Payung lipat itu khusus diberikan oleh papi buatku, jadi sebenernya ada nilai sentimentilnya.

Sempet sih merasa, 'yah cuma payung lipat apa artinya?' Kalau aku bawa pasmina atau scarf pasti aku kasih juga supaya bayi kecil itu bisa ganti bajunya yang basah dan jadi sedikit hangat.

Mungkin ibu itu tidak menyangka kalau hari ini akan hujan.
Mungkin ibu karena terburu-buru jadi pergi tidak membawa payung.

Apa yang aku bisa bantu untuk bayi kecil itu.....

Halte tempat aku turun sudah semakin mendekat dan batin bergejolak. 

Akhirnya aku putuskan untuk memaksa gadis remaja itu menerima payung lipatku. 

'Semoga bermanfaat', doaku meninggalkan bus yang kutumpangi.

Salah satu alasan untuk tetap menggunakan kendaraan umum ketimbang transportasi berbasis aplikasi adalah aku bisa lebih merasakan apa yang terjadi di luar sana, 

Seperti kutipan di buku Adhitya Mulya yang berjudul "Parent's Stories' pada halaman 52, aku ingin menjadi contoh untuk anak-anakku merasa nyaman dengan ragam taraf hidup. Merasa cukup dengan kesederhanaan dan menghargai kemewahan.

Monas, 15 September 2016

No comments: