Wednesday 15 March 2017

Multi Language at Early Age, Why Not?

Kekhawatiranku menjelang D2 berusia hampir 18 bulan adalah kemampuannya berbicara.

Bila dibandingkan kakaknya D1 yang lebih fasih berbicara saat seusianya, D1 lebih dulu menguasai kata dan mampu berbicara dua suku kata dengan jelas.

Karena aku masih mengungsi sementara di rumah orangtuaku, kebanyakan orangtuaku menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan D2 sedangkan aku terkadang bahasa Indonesia dan Inggris. Hal ini membuat aku mengira-ngira apakah ada hubungannya keterlambatan bicara (speech delay) dengan penggunaan multi bahasa sehari-hari.

Pas banget, beberapa waktu lalu aku diundang untuk mengetahui lebih banyak mengenai "Multi Language at Early Age, Why Not?" bersama English First, fX Sudirman dengan narasumber Roslina Verauli, MPsi.

Menurut teori perkembangan berbahasa, Naom Chomsky mengatakan bahwa di dalam otak manusia sudah lebih dulu ada program "Language Acquisition Device (LAD) yang memungkinkan bayi melakukan "analisis dan memahami aturan dasar" bahasa yang mereka dengar.

"Bayi memiliki kapasitas bawaan menguasai bahasa. Bayi yang multilingual tidak mengalami keterlambatan bicara," jelas psikolog Vera melalui buku "Life With Two Languages" tulisan Francois Grosjen, PhD (1984).

Perkembangan berbahasa yang kompleks pada bayi membutuhkan 6 tahap dan 7 modalitas.

TAHAPAN PERKEMBANGAN
USIA
Self regulation and interest of the world
0-3 months old
Forming relationship and affective vocal synchrony
2-7 months old
Intentional 2-way communication
8-12 months old
First words: sharing meaning in gestures and words
12-18 months old
Words combinations- sharing experience symbolically
18-24 months old
Early disclosure-reciprocal symbolic interaction


7 Modalitas diantaranya,
  • Shared Attention. Dua orang berbagi fokus terhadap suatu obyek.
  • Affective Engagement. Keterlibatan afeksi diantara orangtua dan bayi.
  • Reciprocity. Proses, tingkah laku dan situasi  timbal balik antar individu.
  • Shared Intention. Orangtua dan bayi memiliki niat yang sama saat berinteraksi.
  • Shared Forms and Meaning. Berbagi arti dalam menyampaikan sesuatu hal.
  • Sensory Processing and Audition. Berbicara melibatkan proses sensori dan kemampuan mendengar.
  • Motor Planning. Kemampuan untuk merencanakan, memahami, dan mengeluarkan kalimat dengan benar dari awal sampai akhir.
Fungsi bicara pada manusia melibatkan kerjasama SSP area Broca (area motorik bicara) dan area berpikir seperti intepretasi bunyi, kemampuan verbal, memori, alur berpikir hingga aspek emosi dan sosial individu.

Keunggulan anak multilingual:
  • Kognitif. Anak multilingual memiliki performa IQ lebih baik dalam tes atensi, penalaran analitikal, pembentukan konsep, kemampuan verbal dan fleksibilitas berpikir.
  • Sosiokultural. Anak yang multilingual lebih handal dalam kesadaran metalinguistik seperti mendeteksi kesalahan dalam grammar, memahami arti dan aturan dalam percakapan untuk berespon sopan/relevan/informatif serta memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.
  • Personal. Mereka yang multilingual memiliki kemampuan bersaing dalam memperoleh pekerjaan yang lebih baik.
Kapan saat yang tepat untuk mengajarkan anak multilingual, apakah mulai dari masa kanak-kanak awal atau setelah anak menguasai bahasa ibu?

Berdasarkan penelitian terbaru dari Thompson & Nelson dalam Laura E. Berk, 2012, perkembangan area berbahasa pada korteks otak manusia mencapai optimal saat tiga tahun pertama kehidupannya seperti gambar di bawah ini:


Lalu, bagaimana dengan anak yang sering berbicara dalam bahasa bercampur-campur?

Code switching atau language mixing BUKAN pertanda anak mengalami "bingung bahasa" melainkan bagian dari proses untuk menguasai kedua bahasa dengan baik. Seiring usia, kondisi ini akan hilang dengan sendirinya.

Peran orangtua amat penting karena memberikan kesempatan pada anak untuk mendengar, mempelajari dan menggunakan multi bahasa dalam kegiatan sehari-hari dan apresiasi positif dari orangtua juga penting.

Berbahasa merupakan perilaku sosial disamping "mesin biologis"(tubuh) dan kapasitas kognitif (otak) dibutuhkan "interaksi aktif" anak dengan "manusia hidup dan sekitarnya".

Pesan psikolog Vera, bayi dan anak yang berusia di bawah 30 bulan tidak disarankan untuk belajar dari televisi atau pun gadget lainnya.

Kebanyakan speech delay pada bayi terjadi karena menonton tv terlalu lama, lebih dari 2 jam per hari tanpa didampingi orangtua.

Pada kesempatan yang sama, Meta Fadjria selaku pengajar senior di English First (EF) menerangkan bahwa mengajarkan bahasa asing pada anak usia dini memerlukan metode dan program yang tepat serta tidak lepas dari pendampingan intensif orangtua.

EF memiliki program Small Stars untuk usia 3-6 tahun yang proses pembelajarannya berdasarkan metode EFEKTA System, di mana anak akan melalui tahapan Learn, Try, Apply kemudian Certify.

Pada tahapan Learn, anak mempelajari materi bahasa Inggris  melalui buku dan interaksi dengan guru yang profesional serta disesuaikan dengan perkembangan usia anak.

Small Stars mengedepankan unsur fun melalui tokoh kartun yang jenaka, kegiatan menarik, nyanyian, flash cards, cerita pendek sampai permainan yang membuat anak tidak stres dalam menyerap bahasa Inggris.

Sedangkan tahapan Try, anak senantiasa didorong untuk mencoba berbicara bahasa Inggris terhadap teman sekelas dan guru, belajar cara menulis huruf dan berani mengutarakan pendapatnya. Melalui proses i ni, anak secara tidak langsung dipersiapkan untuk menghadapi masa sekolah.

Sementara pada tahapan  Apply, anak mengaplikasikan apa yang mereka pelajari dalam keadaan nyata melalui kegiatan Life Club. Kegiatan ini bertujuan agar anak bisa berbahasa Inggris dalam konteks nyata.

Tahap akhir yaitu Certify, anak diberi apresiasi atas kesuksesan mereka menuntaskan tahapan dalam Small Stars.

"Kunci keberhasilan dalam mengajarkan anak untuk bisa menguasai bahasa asing sejak dini adalah dukungan dan konsistensi orangtua. Tugas kami (EF) hanyalah sebagai partner untuk mendampingi anak bersama dengan orangtua dalam menjalani proses pembelajaran bahasa asing melalui program-program yang EF miliki," jelas Meta.


Donna Agnesia selaku brand ambassador EF mengungkapkan pengalamannya, "Saya sebagai orangtua sering tidak punya cukup waktu untuk bisa mengajarkan anak-anak bahasa Inggris dengan intensif. Oleh sebab itu, saya membutuhkan partner yang dapat memberikan pembelajaran bahasa Inggris dengan metode belajar yang sesuai dengan harapan saya, " ungkap Donna.

Dengan begitu, hilang sudah kekhawatiranku tentang bingung bahasa dan speech delay pada D2, malahan aku akan mencoba mengajarkan bahasa Inggris lebih intensif mulai hari ini.

2 comments:

Keke Naima said...

memang bagus juga mengajarkan anak multi bahasa. Apalagi usia anak bisa menyerap ingatannya seperti spons

METAMORPHOSIS said...

Myra Anastasia: hello Myra, iya benar sekali anak seperti spons yang menyerap berbagai hal... jadi, jangan sampe anak kehilangan periode emas :)